Rabu, 04 Mei 2011

Fenomena Cattle Mutilations



Cahaya-cahaya misterius yang kerap muncul dan berterbangan seperti ini kerap disebut sebagai “Pulung Gantung” oleh Masyarakat Gunung Kidul, YogyakartaMitos pulung gantung di Gunung Kidul , Yogyakarta sampai sekarang tetap ada. Pulung gantung dipercaya berbentuk seperti cahaya yang menakutkan dan selalu memakan korban manusia dan hewan piaraan warga di sekitar kaki Gunung Kidul.

Biasanya cahaya aneh itu muncul pada malam hari. Di mana cahaya itu muncul dan menghilang, dipercaya akan terjadi mala petaka berupa kematian atau tragedi lainnya. Misteri ini merebak kembali dengan wujud yang berbeda. Kali ini ratusan kambing milik masyarakat di kaki Gunung Kidul ditemukan tewas.

Tabloid Posmo pernah mengulas mengenai hal ini dari sudut pandang paranormal. Memang ada pro dan kontra tentang keberadaan pulung kematian ini. Sebagian kaum muda dan modernis menolaknya. Selebihnya, terutama golongan sepuh, spiritualis, dan pengikut ajaran banyak yang mempercayai sebagai keadaan yang buruk. Dipercaya bahwa cahaya pulung yang muncul akan diikuti dengan peristiwa yang menyedihkan.

Tak banyak tokoh spiritual, budaya, apalagi masyarakat awam yang bisa menggambarkan dengan jelas wujud pulung itu. Hanya tradisi lisan yang turun-temurunlah yang menyebut, ia berupa cahaya. Seperti meteor yang jatuh ke bumi, berwarna merah menyala, terang menyilaukan.

Saat cahaya itu muncul dan tiba di sebuah tempat atau desa maka cahaya itu makin membesar dan jatuh menghilang. Cahaya pulung ini akan bisa dilihat dengan mata telanjang dari kejauhan.

Karena gampang dilihat inilah masyarakat sudah bisa menebak, di mana cahaya maut itu menghilang. Maka keesokan harinya merebak kabar buruk.

Pulung gantung di Gunung Kidul berwujud cahaya hijau kemerah-merahan. Cahaya itu biasanya meluncur dan jatuh meneror manusia.

Munculnya saat sekitar pukul 20.00 WIB, ketika umumnya anak-anak sudah tidur lelap. Cahaya ini dikatakan simbol kematian dan maut, diyakini pulung ini mentranformasikan diri sebagai pendorong tindakan nekat.

Lebih jauh lagi, keanehan yang terjadi di kawasan Gunung Kidul ini ditambah lagi dengan matinya sejumlah ternak dengan cara yang aneh. Mulanya masyarakat Gunung Kidul menganggap petaka ini hanya kejadian biasa. Bahkan, ratusan kambing yang mati itu diduga akibat dimakan serigala hutan.

Namun, sekarang ini warga mulai curiga dan menyebut-nyebut adanya makhluk yang mereka anggap gaib dan disebut sebagai banaspati.




Menurut kepercayaan, makhluk itu bisa berwujud anjing-anjing liar atau banaspati muncul di malam hari dan sulit ditangkap karena bisa menghilang secepat kilat.

Peristiwa menyedihkan ini melanda Kelurahan Giri Mulyo, Giri Wungu, Giri Sekar, dan Kelurahan Giri Purwo Kecamatan Panggang. Sekitar Mei 2001, sedikitnya dilaporkan 200 ekor kambing telah jadi korban. Kambing-kambing ini lebih dulu diterkam, dihisap darahnya,dan diambil hatinya.

Umumnya makhluk itu mengincar darahnya saja. Tak hanya kambing, anak sapi juga menjadi incaran. Namun umumnya masih dapat diselamatkan. Biasanya kambing yang jadi korban akan habis tanpa sisa. Semua dibunuh dan dihisap darahnya sampai habis.

Kadang hanya disisakan kepala atau kakinya saja. Terlihat betapa liar dan hausnya makhluk misterius ini, hingga dikandang kambing itu tak ada ceceran darah setetes pun. Warga setempat menganggap ini benar-benar aneh.

Kalau kita mempelajari masalah UFO dan alien, maka mau tidak mau kita akan berpikir bahwa kasus ini mirip dengan Chupacabras atau mutilasi hewan (animal mutilation/cattle mutilations) yang juga dikaitkan dengan kehadiran UFO. Dari data-data yang ada, munculnya cahaya aneh di langit yang dianggap sebagai pulung, bisa dianggap hal itu merupakan pemunculan UFO. Secara umum, fenomena yang ada mempunyai kemiripan. Hanya saja, masyarakat kita menganggap hal ini berhubungan dengan makhluk gaib atau siluman. Sebagian menyebutnya sebagai siluman gandrong/gerandong.

Kalangan spiritual dan tokoh-tokoh sepuh di Gunung Kidul menolaknya. Karena kalau hanya hewan biasa tentu tak akan bersifat musiman. Bisa setiap bulan. Karena sebagai tradisi masyarakat Gunung Kidul, punya kandang di tengah hutan dan pinggir pantai. Tentu saja, kalau ini ulah hewan liar pasti setiap saat akan menyerang kandang yang tak pernah dijaga itu.



Satu lagi fenomena pembunuhan ternak secara misterius dan tak wajar yang sempat menggegerkan kota Sleman, Yogyakarta beberapa waktu yang lalu.

Sleman, Tribun – Usai heboh gempa dan tsunami, Daerah Istimewa Yogyakarta digegerkan oleh kejadian aneh. Binatang buas yang belum diketahui jenisnya menyerang ternak milik warga di Dusun Sompilan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (23/9).

Binatang buas itu membunuh delapan ekor kambing dan 14 ekor mentok dengan mengisap darahnya, tapi tidak memakan dagingnya. Pada leher ternak yang mati ditemukan dua lubang bekas gigitan taring binatang buas.
 
Serangan itu terjadi di kandang kelompok Lembu Manunggal di sebelah barat permukiman. Kandang di lembah Sungai Kucir itu digunakan warga untuk 35 ekor sapi, 29 ekor kambing, ayam, dan mentok.

Kambing yang menjadi korban milik Giman (3 ekor), Bayu Waskito (3 ekor), Sugeng (1 ekor), dan Toko (1 ekor). Ternak yang menjadi korban semuanya berada di luar kandang karena bangunan kandang ambruk diguncang gempa, 27 Mei lalu. Serangan ini baru diketahui warga pukul 05.00.

Saat akan memberi makan sapi, saya melihat tiga ekor kambing saya rebah di tanah. Kemudian saya dekati dan ternyata kambing saya sudah mati. Pada leher kambing terdapat dua lubang bekas gigitan taring binatang. Yang membuat saya heran, kenapa tidak ada bekas tetesan darah dan kambing tidak dimakan,” kata Giman, anggota Lembu Manunggal, Sabtu.

Giman mengatakan, serangan ini memupus rencananya untuk memperbaiki rumahnya yang roboh diguncang gempa. Seekor kambing dihargai Rp 300.000. Rencananya tiga ekor kambing itu dijual untuk membeli semen. “Saya sungguh buntung (rugi), karena tidak ada yang bisa dijual. Harapan saya tinggal seekor anak sapi,” kata Giman lesu.

Di sekitar kambing yang mati, warga tidak menemukan bekas darah. Demikian juga 14 ekor ternak mentok milik Wagimin yang diisap darahnya. Warga juga menemukan bulu angsa berserakan di seberang Sungai Kucir, tetapi tidak ada bekas darah dan sisa-sisa daging yang dimakan.

Jejak yang ditemukan warga menunjukkan jejak kaki binatang berkuku tajam. Jejak itu seukuran telapak tangan orang dewasa dengan jari-jari merapat. Jejak itu tidak bisa menunjukkan arah datang dan perginya binatang buas itu. “Kejadian ini baru pertama terjadi di sini,” kata Udi Wiharjo, Ketua Kelompok Lembu Manunggal. Warga menduga binatang buas ini berasal dari Gunung Merapi yang mencari tempat aman saat terjadi erupsi. Dugaan ini kurang didukung fakta karena antara Dusun Sompilan dan Gunung Merapi berjarak 30 km. Kemungkinan kedua, binatang buas itu berasal dari perbukitan karst Gunung Sewu di sisi timur dusun. Perbukitan itu berjarak 5 km dari Dusun Sompilan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar